Di
usianya yang masih 16 tahun, Bashaer Othman sudah menjadi seorang walikota di
Allar, kota kecil di Tepi Barat utara, Palestina. Ia pun menjadi berita di
media internasional. Remaja kelahiran 24 Agustus 1996 ini merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, dari pasangan Thariq Othman dan Salwa Othman, yang
tercatat sebagai walikota termuda di dunia.
Sejak
Senin (10/9/2012) lalu hingga Sabtu mendatang ia berada di Jakarta atas
undangan World Peace Movement, sebuah yayasan yang diketuai Sofia Koswara untuk
mempromosikan gerakan-gerakan perdamaian.
Saat dijumpai di kantor Kedutaan
Besar Palestina di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, Bashaer yang merupakan
siswa tingkat pertama sebuah sekolah menengah khusus perempuan di Allar
terlihat tampil lebih matang dari usianya. Ia tampak percaya diri dan sangat
nyaman ketika melakukan wawancara dengan sejumlah wartawan terkait peran dan
tantangan yang dihadapinya sebagai walikota Allar yang berpenduduk 8.000 orang.
Ia menjawab pertanyaan dengan lancar.
Soal
bagaimana mengatasi banyak warga Allar yang mencari kerja di Israel padahal
bayaran di sana rendah, Bashaer mengatakan, pihaknya tidak bisa melarang
warganya cari kerja di negara Yahudi itu. "Yang dapat kami lakukan adalah
menciptakan langan kerja karena larang orang pergi kerja ke Israel itu tidak
mungkin," katanya. Soal anggota dewan kotanya yang terdiri dari para
politisi Fatah dan Hamas, ia mengatakan di Allar mereka akur-akur saja.
"Tak ada masalah, mereka mendukung saya," katanya.
Bashaer
memang hanya menjadi walikota untuk jangka waktu dua bulan, terhitung sejak 2
Juli lalu. Ia mengambil alih jabatan itu dari walikota yang sesungguhnya,
Sufiyan Shadid. Keberadannya di posisi itu merupakan bagian sebuah proyek
parlemen pemuda nasional, yaitu Forum Pemuda Sharek. Proyek tersebut bertujuan untuk melibatkan anak-anak muda
pada kerja sehari-hari pemerintah daerah Palestina. Bashaer terpilih melalui
sebuah proses seleksi.
Proyek
tersebut telah berjalan di seluruh wilayah Palestina. Namun Bashaer merupakan
orang pertama yang mengambil peran berprofil tinggi semacam itu. Shadid
mendukung penuh langkah tersebut dan menjadi mentor Bashaer selama menduduki
jabatan itu.
Remaja
itu mengatakan, dia 'buta' tentang pekerjaan walikota pada awalnya. Namun
dengan bantuan dan kerjasama para anggota dewan kota yang beranggota 11 orang
(enam dari partai Fatah yang berkuasa dan lima dari gerakan Islam Hamas yang
menguasai Jalur Gaza) dan walikota, dia cepat belajar. Setiap pagi ia masuk
kantor pukul 08.00, menghadapi banyak file, menandatangani surat-surat, dan
bertemu dengan anggota dewan.
Ia
menegaskan, jabatannya bukan formalitas. Ia punya kewenangan penuh sebagai
walikota walau ada pembatasan teknis bank terkait pengguaan anggaran. Ia hanya
diizinkan untuk menandatangani pengeluaran hingga mencapai jumlah 300 shekel
(75 dollar AS). Di atas jumlah itu, berdasaran aturan bank, yang harus
membubuhkan tanda tangan adalah Shadid.
Bashaer
mengaku jadi jatuh cinta dengan pekerjaan itu dan dia bercita-cita bekerja di
bidang politik nantinya. Duta
Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi, mengatakan proyek itu
merupakan sebuah latihan untuk membentuk pemuda palestina yang tangguh dan
cinta damai. "Anda tahu situasi
Palestina. Jika orang tidak dilibatkan dan merasa terpingirkan atau
tersingkir, mereka akan mudah menjadi ekstrim dan terlibat kekerasan,"
kata Mehdawi.
Ia
menegaskan, tidak ada istilah terlalu muda untuk menduduki suatu jabatan atau
menjalan suatu peran. "Walikota Allar yang sesungguhnya, Sufiyan Shadid,
berusia 40 tahun. Jadi masih muda juga. Bashaer 16 tahun. Ia hanya lebih muda.
Ini soal membiasakan. Kalau orang biasa membuat keputusan, itu tidak jadi
masalah. Maka mereka harus diberi kesempatan, dilatih membuat keputusan,"
kata Mehdawi.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar