Senin, 06 Agustus 2012

Korelasi antara Tontonan Televisi dengan Pola Makan Remaja

Barr-Anderson.D.J dan kawan-kawan pada pubikasinya di International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity tahun 2009, mengungkapkan bahwa menonton televisi dihubungkan dengan kualitas pola makan yang buruk. 

Analisa dilakukan terhadap 564 pelajar SMP dan 1366 pelajar SMU pada tahun 1998-1999 (Waktu 1) dan pendataan ulang (waktu 2) lima tahun kemudian (tahun 2003-2004, pen). Responden dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu penonton televisi terbatas (<2 jam /hari), penonton televisi cukup (2-5 jam/hari), dan penonton televisi berat (>5 jam/hari).
Pada pelajar SMP yang diklasifikasikan dalam kategori penonton televisi berat saat waktu 1, ditemukan bahwa berkurangnya asupan buah dan meningkatnya konsumsi minuman manis setelah lima tahun. Sedangkan pelajar SMU bila menonton televisi lebih dari lima jam sehari setelah lima tahun mengurangi konsumsi buah, sayur, gandum utuh, dan makanan kaya kalsium, akan tetapi meningkatkan konsumsi makanan gorengan, makanan cepat saji, produk makanan ringan, dan minuman manis (produk-produk yang umumnya diiklankan di televisi).
Pada kedua kelompok pelajar, makanan dan minuman yang biasanya diiklankan di televisi antara lain makanan ringan, minuman manis, dan makanan cepat saji. Makanan sehat seperti buah, sayur, gandum utuh, dan makanan berlemak rendah jarang diiklankan ditelevisi. Penayangan berulang pada pangan berkalori tinggi, makanan dengan nutrisi rendah akan meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi produk tersebut dan kemudian akan meningkatkan pembelian dan konsumsi produk yang diiklankan. Remaja yang menonton terlalu banyak televisi akan menjadi orang tua yang banyak menonton televisi, dan akan terus diberi tayangan iklan makanan yang tidak sehat. Meskipun remaja tahu bahwa banyak makanan yang diiklankan ditelevisi tidak sehat, mereka mungkin memilih untuk mengabaikannya dan tidak menyadari betul-betul akibatnya, karena pemeran yang mereka lihat mengiklankannya tidak gemuk.
Dari analisa yang dilakukan di Amerika Serikat ini dapat disimpulkan bahwa menonton televisi pada masa SMP dan SMU diprediksi akan menghasilkan pola makan yang buruk lima tahun kemudian. Masa remaja merupakan target utama iklan restoran cepat saji, makanan ringan, dan minuman manis, yang akan memengaruhi pilihan makanan. Menonton televisi, terutama saat SMU, akan memiliki pengaruh jangka panjang terhadap pilihan makanan dan menghasilkan kebiasaan makan yang buruk pada remaja.
Remaja merupakan periode perkembangan yang kritis dimana orang mulai membuat keputusan independen untuk memilih makanannya sendiri. Pada khususnya saat setelah SMU, mereka akan memiliki tanggung jawab yang semakin besar untuk menyiapkan atau membeli makanannya sendiri, dan potensial untuk menjadi kebiasaan makan jangka panjang saat dewasa. Sehingga penting sekali untuk menjaga apa yang ditonton remaja.
Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengontrol perilaku kehidupan anak remaja. Peran yang dimaksud bukan dalam arti mengambil alih kebebasan remaja, namun lebih ke pemberian kebebasan yang bertanggung jawab dan dibarengi dengan pengawasan orang tua. Walaupun penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat, tetapi sebagai orang tua dan generasi remaja yang peduli terhadap kesehatan remaja, hendaknya bisa mengambil pelajaran dari penelitian tersebut.


Sumber            : www.doktersehat.com

Baca Artikel Lainnya:

Tidak ada komentar: